Pengacara kasus terorisme dengan terpidana Muhammad Jibril, Ombat Nasution SH, memiliki dua sisi kehidupan unik. Selain menjadi advokat, pria 38 tahun itu adalah pendiri sekaligus vokalis Tengkorak, band aliran heavy metal yang mengangkat tema jihad dan pesan Islam dalam karyanya. RUMAH toko (ruko) empat lantai itu terletak di kawasan Kreo, Ciledug, Jakarta.

Begitu masuk ke dalam ruko tersebut, di lantai 1 terdapat berbagai benda promosi produk yang terbuat dari tripleks Juga ada panggung knock down yang ditata rapi. Di lantai 2, pemandangan terlihat berbeda jika dibandingkan dengan di lantai 1. Di lantai 2, suasananya adalah ruang kerja.

Ada buku-buku yang ditata rapi di lemari khusus. Ternyata, itu adalah ruang kerja utama Muhammad Hariadi Nasution atau lebih terkenal dengan panggilan Ombat Nasution, ketua Lembaga Bantuan Hukum Muslim Indonesia (LBHMI).

Nama Ombat kerap disinggung pers karena dia adalah kuasa hukum terpidana kasus terorisme Muhammad Jibril. Seharihari Ombat adalah pria dengan multiprofesi yang bertolak belakang. Selain menjadi pengacara kasus terorisme, Ombat pendiri band aliran grindcore pertama di Indonesia yang bernama Tengkorak. Pria kelahiran Jakarta, 11 April 1973, itu juga anggota aktif Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sekaligus direktur utama PT Sebelas April Lian Mipro yang bergerak di bidang event organizer, promotor, dan merchandise.

Ragam profesi itu dijalankan dari ruang kendali seluas sekitar 7 meter x 4 meter di lantai 2 ruko tersebut. ’’Alhamdulilah, beragam profesi yang saya miliki ini saya cintai semua. Jadi, nggak ada yang terbengkalai,’’ ujar pria berkepala plontos itu, lantas tersenyum. Lulusan magister hukum (S-2) Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta itu kemudian membuka laptop di meja kerja.

Setelah berbicara soal hukum, Ombat mengubah topik dan menunjukkan puluhan lagu gubahan band Tengkorak yang telah beredar dalam empat album hit single dan belasan album kompilasi. Album single tersebut, antara lain, Konsentrasi Massa (1999), Darurat Sipil (2002), Civil Emergency (2005), dan Agenda Suram (2007). Band Tengkorak kini memiliki lima personel, yakni Ombat (lead vocal), Haryo ”Yoyok” Radianto (gitar), Budi (bas), Ronie Yuska (drum), dan Samir (gitar). Band itu adalah band pertama yang mengusung aliran grindcore ke Indonesia sejak berdiri pada 1993.

Bahkan, Tengkorak pernah mencatatkan diri dalam album kompilasi berjudul It’s a Proud to Vomit Him (1995) bersama musisi-musisi band underground dunia. Album tersebut dirilis ulang di tujuh negara dan distribusinya sampai di 28 negara di seluruh dunia. ’’Aliran musik ini kan bukan musik mainstream. Pasarnya, komunitas dan peredarannya memang langka, terutama di Indonesia,’’ kata dia.

Yang membuat Tengkorak berbeda dengan band-band heavy metal lain terletak pada prinsip dan idealisme Islam dan anti- Zionis yang diusungnya. Meski tampil urakan, soal prinsip, bagi Ombat dkk, adalah nomor satu. Ketika azan berkumandang, mereka menghentikan aktivitasnya dan salat terlebih dahulu. Bagi mereka, Islam tetap nomor satu jika dibandingkan dengan apa pun.

Berbeda dengan lirik lagu metal lain yang bertema anti Tuhan, memuja setan dan kebebasan. Lirik-lirik lagu Tengkorak bersumber dari sirah nabawi, Alquran, dan hadis. Menurut Ombat, itu adalah perjuangan anak band underground untuk berjihad dengan musik. Anggota ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) itu mengatakan, metamorfosis Tengkorak terjadi setelah bertahun- tahun berkarya di musik underground yang identik dengan perilaku kasar, arogan, dan liar.

Dulu Tengkorak sama seperti band underground lain yang menggunakan simbol metal tiga jari, yakni tanda jempol, telunjuk, dan jari kelingking. Ternyata, simbol itu merujuk pada simbol setan dengan dua tanduknya dan anti-Tuhan. Kini, Tengkorak menggagas tren baru, yakni mengganti salam metal dengan salam satu jari. (c6/kum)
You can leave a response, or trackback from your own site.

Dokumentasi Ghurabba